Makalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kesehatan
merupakan hak setiap individu, dan merupakan prioritas utama untuk mencapai
masyarakat sejahtera dan
salah satu aspek yang berhubungan langsung dengan kehidupan manusia.Sehubungan
dengan tujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat tersebut maka
munculah suatu program yakni; Perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran
sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang, keluarga, atau masyarakat
mampu menolong dirinya sendiri (mandiri)
di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.
Di tatanan rumah tangga diperlukan PHBS
dengan maksud supaya seluruh rumah tangga menjadi rumah tangga ber-PHBS menuju
Indonesia sehat. Rumah Tangga ber-PHBS adalah rumah tangga yang melaksanakan 10
indikator PHBS yang meliputi (1)persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan; (2)
memberi bayi ASI eksklusif; (3) menimbang balita setiap bulan; (4) menggunakan
air bersih; (5) mencuci tangan dengan air bersih dan sabun; (6) menggunakan
jamban sehat; (7) memberantas jentik di rumah
sekali seminggu; (8) makan buah dan sayur setiap hari; (9) melakukan
aktivitas fisik setiap hari; dan (10) tidak merokok di dalam rumah. Perilaku Sehat
Cuci Tangan yang merupakan
salah satu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), saat ini juga telah menjadi
perhatian dunia, hal ini karena masalah kurangnya praktek perilaku cuci tangan
tidak hanya terjadi di negara-negara berkembang saja, tetapi ternyata di
negara-negara maju pun kebanyakan masyarakatnya masih lupa untuk melakukan
perilaku cuci tangan.
Di dunia saat
ini, tingkat kematian dan kesakitan masih tinggi akibat penyakit-penyakit yang
berkaitan dengan air, sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti rendahnya
kebiasaan cuci tangan
yang baik dan bersih.
Tangan merupakan pembawa utama kuman
penyakit, oleh karena itu sangat penting untuk diketahui dan diingat bahwa perilaku
cuci tangan yang baik
dan bersih merupakan perilaku sehat yang sangat efektif untuk
mencegah penyebaran berbagai penyakit menular seperti diare, ISPA, kecacingan
pada anak dan Flu Burung.
Pada sebuah penelitan yang
dipublikasikan Jurnal Kedokteran Inggris (British Medical Journal) pada
November 2007 menyatakan bahwa mencuci tangan dengan bersih secara teratur dan menggunakan masker,
sarung tangan, dan pelindung, bisa jadi lebih efektuf untuk menahan penyebaran
virus ISPA seperti flu dan SARS. Ini bisa terjadi karena, tubuh dilindungi sehingga kuman,
bakteri maupun virus terhambat dan bisa diputusi.
Penggunaan sabun atau alat pembersih tangan lainnya pada saat
mencuci tangan menjadi penting karena sangat membantu menghilangkan kuman yang
tidak tampak minyak/lemak/kotoran di permukaan kulit serta meninggalkan bau
wangi. Sehingga kita dapat memperoleh kebersihan yang berpadu dengan bau wangi
dan perasaan segar setelah mencuci tangan pakai, ini tidak akan kita dapatkan
jika kita hanya menggunakan air saja.
Cuci tangan merupakan salah satu
perilaku sehat yang pasti sudah dikenal. Perilaku ini pada umumnya sudah
diperkenalkan kepada anak-anak sejak kecil tidak hanya oleh orang tua di rumah,
bahkan ini menjadi salah satu kegiatan rutin yang diajarkan para guru di Taman
Kanak-Kanak sampai Sekolah Dasar. Tetapi kenyataannya perilaku sehat ini belum
menjadi budaya masyarakat kita dan biasanya hanya dilakukan sekenanya saja.
Mencuci tangan dengan bersih hendaknya dilakukan dan
diharapkan agar menjadi perilaku pilihan masyarakat sendiri (Action
of choice) untuk peningkatan derajat kesehatan dan kualitas hidup
masyarakat itu sendiri. Bila kita telah melakukannya, maka
kita telah membantu untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan juga
kesehatan diri sendiri. Mari bersama kita raih hidup sehat
dengan mencuci tangan dengan baik dan
benar.
1.2
Rumusan Masalah
a) Bagaimanakah
tingkat kebiasaan mencuci tangan dengan di lingkungan sekolah?
b) Apakah
dampak kurangnya kesadaran mencuci tangan bagi siswa siswi di SMAN 1 Selong?
c) Apakah
upaya sekolah untuk meningkatkan kesadaran siswa siswi akan pentingnya
kebiasaan mencuci tangan?
1.3
Tujuan Penelitian
a)
Untuk mengetahui apakah yang menyebabkan
siswa enggan melakukan aktivitas mencuci tangan dengan benar dan bersih.
b)
Untuk mengetahui dampak kurangnya
kesadaran mencuci tangan bagi siswa siswi di SMAN 1 Selong.
c)
Untuk mengetahui upaya sekolah untuk
meningkatkan kesadaran siswa siswi akan pentingnya kebiasaan mencuci tangan.
1.4
Manfaat Penelitian
a)
Setiap siswa meningkat kesehatannya dan tidak
mudah sakit.
b)
Siswa/siswi sehat dapat meningkat
produktivitas kerja anggota keluarga
c)
Salah satu indikator menilai
keberhasilan Pemerintah Daerah Kabupaten /Kota
Di
bidang kesehatan
d)
Meningkatkan pengetahuan siswa/siswi
terhadap cara cuci tangan yang baik dan benar.
e)
Meningkatnya citra sekolah dalam bidang
kesehatan. Dapat menjadi percontohan sekolah sehat bagi sekolah lain.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
2.1 Hidup Sehat
Sehat merupakan sebuah keadaan yang
tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi juga meliputi seluruh aspek
kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan spiritual.
Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang
sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari
penyakit atau kelemahan (WHO, 1947)
UU No.23,1992 tentang Kesehatan
menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan sejahtera
dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini
maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari
unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan
bagian integral kesehatan. Dalam pengertian yang paling luas sehat merupakan
suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektua, spiritual dan
penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik, social, dan ekonomi) dalam mempertahankan
kesehatannya.
2.2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran
sebagai hasil dari pembelajaran yang menjadikan seseorang dapat menolong diri
sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakatnya. Menyadari bahwa perilaku adalah sesuatu yang rumit. Perilaku
tidak hanya menyangkut dimensi kultural yang berupa sistem nilai dan norma,
melainkan juga dimensi ekonomi, yaitu hal-hal yang mendukung perilaku, maka
promosi kesehatan dan PHBS diharapkan dapat melaksanakan strategi yang bersifat
paripurna (komprehensif), khususnya dalam menciptakan perilaku baru. Kebijakan
Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi
kesehatan dan PHBS yaitu :
a. Gerakan Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice). Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta kelompok masyarakat
a. Gerakan Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice). Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta kelompok masyarakat
b.
Binasuasana
Binasuasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial dimana pun ia berada (keluarga di rumah, orangorang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan lain-lain, dan bahkan masyarakat umum) menyetujui atau mendukung perilaku tersebut.
c. Advokasi
Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Pihak-pihak yang terkait ini bisa berupa tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan penyandang dana pemerintah.
Binasuasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial dimana pun ia berada (keluarga di rumah, orangorang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan lain-lain, dan bahkan masyarakat umum) menyetujui atau mendukung perilaku tersebut.
c. Advokasi
Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Pihak-pihak yang terkait ini bisa berupa tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan penyandang dana pemerintah.
2.3 Mencuci Tangan
Mencuci tangan adalah
salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari
jemari dengan menggunakan air ataupun cairan lainnya oleh manusia dengan tujuan
untuk menjadi bersih, sebagai bagian dari ritual keagamaan, ataupun
tujuan-tujuan lainnya.Perilaku mencuci tangan berbeda dengan perilaku cuci tangan
yang merujuk pada kata kiasan. Mencuci tangan baru dikenal pada akhir abad ke
19 dengan tujuan menjadi sehat saat perilaku dan pelayanan jasa sanitasi
menjadi penyebab penurunan tajam angka kematian dari penyakit menular yang
terdapat pada negara-negara kaya (maju). Perilaku ini diperkenalkan bersamaan
dengan ini isolasi dan pemberlakuan teknik membuang kotoran yang aman dan
penyediaan air bersih
dalam jumlah yang mencukupi.
2.3.1
Mencuci tangan dengan baik dan benar
Mencuci tangan yang benar harus
menggunakan sabun dan di bawah air yang mengalir. Sedangkan langkah-langkah teknik mencuci tangan yang benar
adalah sebagai berikut.
- Basahi tangan dengan air di bawah kran atau air mengalir.
- Ambil sabun cair secukupnya untuk seluruh tangan. Akan lebih baik bila sabun mengandung antiseptik.
- Gosokkan kedua telapak tangan.
- Gosokkan sampai ke ujung jari.
- Telapak tangan tangan menggosok punggung tangan kiri (atau sebaliknya) dengan jari-jari saling mengunci (berselang-seling) antara tangan kanan dan kiri. Gosok sela-sela jari tersebut. Lakukan sebaliknya.
- Letakkan punggung jari satu dengan punggung jari lainnya dan saling mengunci.
- Usapkan ibu jari tangan kanan dengan telapak kiri dengan gerakan berputar. Lakukan hal yang sama dengan ibu jari tangan kiri.
- Gosok telapak tangan dengan punggung jari tangan satunya dengan gerakan kedepan, kebelakang dan berputar. Lakukan sebaliknya.
- Pegang pergelangan tangan kanan dengan tangan kiri dan lakukan gerakan memutar. Lakukan pula untuk tangan kiri.
- Bersihkan sabun dari kedua tangan dengan air mengalir.
- Keringkan tangan dengan menggunakan tissue dan bila menggunkan kran, tutup kran dengan tissue.
Mencuci
tangan umumnya dilakukan saat sebelum makan, sebelum menyiapkan makanan,
setelah memegang daging mentah, sebelum dan setelah menyentuh orang sakit,
sesudah menggunakan kamar mandi, setelah batuk atau bersin atau membuang ingus,
setelah mengganti popok atau pembalut, sebelum dan setelah mengobati luka,
setelah membersihkan atau membuang sampah, setelah menyentuh hewan atau kotoran
hewan.
2.3.2 Macam-macam cara mencuci tangan
a) Mencuci tangan dengan air
Praktek mencuci tangan yang
dianjurkan pada umumnya adalah dilakukan dibawah air yang mengalir, karena air
dalam keadaan diam dan digunakan untuk mencuci tangan yang kotor bisa menjadi
tempat sup kuman karena berkumpulnya kotoran yang mungkin mengandung
kuman penyakit di satu tempat dan menempel lagi saat tangan diangkat dari wadah
mencuci tangan tersebut.
b) Mencuci
tangan dengan air panas
Menurut pendapat seorang
dokter bernama Ignaz Semmelweis yang mengatakan bahwa mencuci tangan dengan air panas lebih
efektif untuk membersihkan tangan dan dapat membersihkan kotoran, minyak,
ataupun zat-zat kimia, namun pendapat ini tidak disertai dengan pembuktian
ilmiah (1847).
Namun Dalam Journal
of Occupational and Environmental Medicine para peneliti menyampaikan
hasil penelitiannya. Mereka menemukan, mencuci tangan dengan air panas dan
sabun tidak berpengaruh pada pengurangan bakteri. Tidak efektifnya temperatur air untuk membunuh kuman juga
dinyatakan dalam prosedur standar mencuci tangan untuk operasi medis dimana air
keran dibiarkan mengalir deras hingga 2 galon per menit dan kederasan air
inilah yang membersihkan kuman, sementara tinggi rendahnya temperaturnya tidak
signifikan.( New York, Jaringnews.com )
c) Mencuci
tangan dengan sabun
Mencuci tangan dengan sabun adalah
praktik mencuci tangan yang paling umum dilakukan setelah mencuci tangan dengan
air saja. Walaupun perilaku mencuci tangan dengan sabun diperkenalkan pada abad
19 dengan tujuan untuk memutus mata rantai kuman, namun pada praktiknya
perilaku ini dilakukan karena banyak hal di antaranya, meningkatkan status
sosial, tangan dirasakan menjadi wangi, dan sebagai ungkapan rasa sayang pada
anak.
d) Mencuci
tangan dengan cairan
Pada akhir tahun 1990an dan awal
abad ke 21, diperkenalkan cairan alkohol untuk mencuci tangan (juga dikenal
sebagai cairan pencuci tangan, antiseptik, atau sanitasi tangan) dan menjadi
populer. Banyak dari cairan ini berasal dari kandungan alkohol atau etanol yang
dicampurkan bersama dengan kandungan pengental seperti karbomer, gliserin, dan
menjadikannya serupa jelly, cairan, atau busa untuk memudahkan penggunaan dan
menghindari perasaan kering karena penggunaan alkohol. Cairan ini mulai populer
digunakan karena penggunaannya yang mudah, praktis karena tidak membutuhkan air
dan sabun.
e) Mencuci
tangan dengan tisu basah
Tisu
basah
diperkenalkan pada awalnya untuk membersihkan tidak hanya tangan, tetapi juga
kotoran bayi, permukaan meja, dan di AS dianjurkan untuk peralatan rumah tangga
lainnya.Tisu basah menjadi alternatif membersihkan tangan setelah mencuci
tangan dengan sabun karena lebih praktis dan tidak memerlukan air. Beberapa
tisu basah telah mengembangkan kandungan wewangian beralkohol, atau anti
bakteri, ataupun minyak almond untuk menjaga kulit tangan agar tidak terasa
kering. Namun menurut dr. Handrawan tisu basah tidak baik untuk mencuci tangan karena hanya
mengembalikan kuman bolak-balik di tangan (Cucilah Tangan dengan Sabun Wawancara
dengan Wimar Witoelar
di Perspektif Baru)
2.4 Jenis
Sabun untuk Mencuci Tangan
Segala
jenis sabun dapat digunakan untuk mencuci tangan baik itu sabun (mandi) biasa,
sabun antiseptik, ataupun sabun cair. Namun sabun antiseptik/ anti bakteri
seringkali dipromosikan lebih banyak pada publik. Perbedaan antara sabun
antiseptik dan sabun biasa adalah, sabun ini mengandung zat anti bakteri umum
seperti Triklosan yang memiliki daftar panjang akan
resistensinya terhadap organisme tertentu.
2.5 Penyakit-Penyakit
yang Dapat Dicegah dengan Mencuci Tangan dengan Bersih
a) Diare. Penyakit diare menjadi penyebab
kematian kedua yang paling umum untuk anak-anak balita. Sebuah ulasan yang membahas
sekitar 30 penelitian terkait menemukan bahwa cuci tangan dengan sabut dapat
memangkas angka penderita diare hingga separuh (Lorna et al). Tingkat kefektifan mencuci tangan
dengan sabun dalam penurunan angka penderita diare dalam persen menurut tipe
inovasi pencegahan adalah: Mencuci tangan dengan sabun (44%), penggunaan air
olahan (39%), sanitasi (32%), pendidikan kesehatan (28%), penyediaan air (25%),
sumber air yang diolah (11%) (Fewtrell et. al 2005)
b)
Infeksi saluran pernapasan adalah penyebab kematian utama
untuk anak-anak. Mencuci tangan dengan sabun mengurangi angka infeksi saluran
pernapasan ini dengan dua langkah: dengan melepaskan patogen-patogen pernapasan
yang terdapat pada tangan dan permukaan telapak tangan dan dengan menghilangkan
patogen (kuman penyakit) lainnya (terutama virus entrentic) yang menjadi
penyebab tidak hanya diare namun juga gejala penyakit pernapasan lainnya.
c)
Infeksi
cacing, infeksi mata dan penyakit kulit, . Penelitian juga telah
membuktikan bahwa selain diare dan infeksi saluran pernapasan penggunaan sabun
dalam mencuci tangan mengurangi kejadian penyakit kulit; infeksi mata seperti trakoma, dan cacingan khususnya untuk ascariasis dan trichuriasis.
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
Penelitian mengenai Kebiasaan Mencuci
tangan siswa di SMAN 1 Selong ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif.
Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut
berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo,
dan dokumen resmi lainnya. Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian
kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita empirik di balik fenomena
secara mendalam, rinci dan tuntas. Oleh karena itu penggunaan pendekatan
kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan mencocokkan antara realita
empirik dengan teori yang berlaku dengan menggunakkan metode diskriptif.
3.2
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan
Desember 2011-Februari 2012.Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Selong.
3.3
Populasi dan Sample Penelitian
a)
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa/siswi di SMAN 1 Selong.
|
Jumlah siswa Kelas X,XI,dan XII
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Total
|
|
327
|
458
|
785
|
b)
Untuk penelitian ini diambil sample dari siswa/siswi kelas XI di SMAN 1 Selong.
|
Jumlah siswa Kelas XI
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Total
|
|
105
|
152
|
257
|
3.4
Metode Pengumpulan Data
a) Metode
Wawancara
Wawancara
dilakukan kepada informan penelitian untuk memperoleh informasi yang lebih
dalam tentang penelitian ini.
b) Studi
Pustaka
Studi
pustaka dilakukan dengan mengkaji literature, buku, dan makalah seminar yang
relevan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian.
c) Metode
Observasi
Observasi
dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung serta dengan mencatat
gejala-gejala yang terjadi pada objek penelitian secara keseluruhan dengan
fakta-fakta yang ada di lingkungan sekolah.
d) Metode
Dokumentasi
Dokumentasi
dilakukan dengan mengumpulkan data dari berbagai sumber yang berasal dari
dokumen yang merupakan data sekunder seperti internet.
3.5
Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan yaitu
analisis deskriptif kualitatif karena penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif, yaitu dengan melalukan interpretasi terhadap data-data yang
diperoleh dari observasi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hidup sehat dapat didefinisikan hidup tanpa
gangguan masalah yang bersifat fisik maupun non fisik. Gangguan fisik berupa
penyakit-penyakit yang menyerang tubuh dan fisik seseorang. Sementara non fisik
menyangkut kesehatan kondisi jiwa, hati dan pikiran seseorang. Pengertian sehat
menurut UU Pokok Kesehatan No.9 tahun 1960, Bab 1 pasal 2 adalah keadaan yang
meliputi kesehatan badan, rohani, dan social serta bukan hanya keadaan bebas
dari penyakit, cacat, dan kelemahan. Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa
suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak
hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO, 1947).
Perilaku hidup bersih dan sehat adalah perilaku yang
melaksanakan 10 indikator yang meliputi (1)persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan; (2) memberi bayi ASI eksklusif; (3) menimbang balita setiap bulan;
(4) menggunakan air bersih; (5) mencuci tangan dengan air bersih dan sabun; (6)
menggunakan jamban sehat; (7) memberantas jentik di rumah sekali seminggu; (8) makan buah dan sayur
setiap hari; (9) melakukan aktivitas fisik setiap hari; dan (10) tidak merokok
di dalam rumah.
Perilaku Sehat
Cuci Tangan yang merupakan
salah satu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), saat ini juga telah menjadi
perhatian dunia, hal ini karena masalah kurangnya praktek perilaku cuci tangan
tidak hanya terjadi di negara-negara berkembang saja, tetapi ternyata di
negara-negara maju pun kebanyakan masyarakatnya masih lupa untuk melakukan
perilaku cuci tangan.
Mencuci tangan adalah salah satu
tindakan sanitasi
dengan membersihkan tangan dan jari jemari dengan menggunakan air ataupun
cairan lainnya oleh manusia dengan tujuan untuk menjadi bersih, sebagai bagian
dari ritual keagamaan, ataupun tujuan-tujuan lainnya.
Namun
demikian, tingkat kesadaran mencuci tangan masih sangat rendah. Contohnya,
kebiasaan mencuci tangan para siswa SMA Negeri 1 Selong. Hal ini terbukti dari
penelitian yang kami lakukan beberapa waktu yang lalu. Penelitian kami
menunjukkan bahwa 75% siswa siswi SMA Negeri 1 Selong masih enggan membudayakan
perilaku cuci tangan dengan sabun. Sedangkan 25 persen-nya, sudah membudayakan
perilaku mencuci tangan. Namun kebiasaan
mencuci tangan tidak diiringi dengan tingkat pengetahuan bagaimana cara mencuci
tangan dengan baik dan benar. Praktek mencuci tangan yang dianjurkan pada
umumnya adalah dilakukan dibawah air yang mengalir, karena air dalam keadaan
diam dan digunakan untuk mencuci tangan yang kotor bisa menjadi tempat sup
kuman karena berkumpulnya kotoran yang mungkin mengandung kuman penyakit di
satu tempat dan menempel lagi saat tangan diangkat dari wadah mencuci tangan
tersebut. Sedangkan, ada sebagian dari siswa SMA Negeri 1 Selong yang masih
mencuci tangan menggunakan air kobokan.
Selain tingkat keasdaran siswa yang
masih lemah tentang kebiasaan mencuci
tangan, ada juga faktor-faktor lain yang menyebabkan belum dibudayakannya
kebiasaan mencuci tangan, diantaranya kebiasaan mencuci tangan ini tidak
didukung oleh fasilitas sekolah yang memadai.
Seperti, ketersediaan
keran-keran tempat mencuci tangan yang masih terbatas, belum tersedia sabun
untuk mencuci tangan, dan tidak ada himbauan atau ajakan dari pihak sekolah
untuk membudayakan praktek mencuci tangan yang baik dan benar.
Menurut dokter spesialis penyakit perut dan pencernaan
(gastroenterohepatologi) Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Ari Fahrial
Syam, seperti (dikutip dari CPD Dokter), tidak mencucitangan seperti disebutkan
diatas dapat menimbulkan penyakit diantaranya adalah :
- Infeksi saluran pencernaan, seperti diare, yang merupakan salah satu penyakit akibat tidak mencuci tangan dengan benar. Misalnya, seseorang setelah buang air besar atau kecil, tangannya membawa bakteri, bisa berupa cacing atau bakteri lainnya.
- Infeksi saluran pernapasan atas, seperti flu atau batuk. ”Bersin, membersihkan ingus di hidung, atau melakukan kontak tangan dengan orang yang tercemar virus”
KEBIASAAN mencuci tangan
masih harus terus digalakkkan. Pasalnya, tak sedikit kasus penyakit infeksi
adalah akibat malas ataupun tak terbiasa mencuci tangan.
Infeksi Salmonella typhii sebagai penyebab demam tifoid berangkat dari faktor kebersihan tangan. Penyakit ini ditularkan melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri Salmonella typhii. Pada 2000, penyakit ini tercatat menginfeksi 21,6 juta orang dan mengakibatkan 216.500 kematian per tahun dengan insiden tertinggi di bagian selatan Asia Tengah, Asia Tenggara, dan bagian selatan Afrika.
Infeksi Salmonella typhii sebagai penyebab demam tifoid berangkat dari faktor kebersihan tangan. Penyakit ini ditularkan melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri Salmonella typhii. Pada 2000, penyakit ini tercatat menginfeksi 21,6 juta orang dan mengakibatkan 216.500 kematian per tahun dengan insiden tertinggi di bagian selatan Asia Tengah, Asia Tenggara, dan bagian selatan Afrika.
Lokasi : Tempat Mencuci Tangan di SMAN 1 Selong.
Artis: Dinda, Makmur dan Yut.( Thanks for u'r hands !!!)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar